Ketika bertemu teman napi di Nusakambangan beberapa tahun lalu, ia bercerita banyak tentang masa senggangnya di pulau khusus permukiman kembali tahanan dari berbagai daerah lain dan berbagai kasus pelanggaran hukum positip yang sudah diputus hakim pengadilan negara.
Seperti halnya tokoh Robinhood yang ganteng dari hutan Sherwood, ia dikenal warga sebagai pemuda bertemperamen sosial tinggi. Keprihatinan kampung dalam menghadapi gejolak krisis dihadapinya dengan aliran dana segar yang memberi harapan keluar dari kemelut. Keluarganya termasuk keluarga berkecukupan. Saudara-saudaranya tak ada yang menganggur walau tidak semua bekerja di kantor atau perusahaan. Mereka ini membuka wira usaha sendiri, bahkan merekrut teman sekampung untuk terlibat aktif memperbaiki kesejahteraan hidup ala kampung yang penuh kesibukan. Keuletan kerja mereka tak perlu diragukan, modal dasar mereka sekolahan yang cukup disegani. Apalagi modal dana keuntungan yang berhasil mereka himpun, cukup untuk membiayai sekolah gratis yang dicanangkan oleh beberapa kepala pemerintahan daerah tertentu.
Tapi ia bernama Robby yang kalau dilacak dari surat keterangan lahir tercantum hari Rabu Legi, tanggal 31 Desember, tepat di penghujung tahun. Waktu masuk SD, namanya ditulis Robin Arbani. Di STTB tertulis Robi Rabanni. Ia tidak protes, tidak ada gunanya mengganti lembar dokumen penting itu karena berarti biaya tambahan untuk ongkos pembuatan yang baru. Ia mengatakan, "Biarlah tetap tertulis begitu, sebab bukan kesalahan yang perlu dibesar-besarkan untuk ukuran kampung. Bisa sekolah sampai tamat saja sudah sebuah prestasi di sini."
Entah kapan mulainya, tahu-tahu berita koran lokal menulis besar-besar bahwa ROBBY SANG PENJAGAL BOS MINYAK DITANGKAP POLISI. Gemparlah warga kampung demi mendengar salah satu pemudanya dinyatakan tersangka pembunuh berdarah dingin. Orang masih bertanya dari mana ilmu membunuh seperti cerita wartawan itu. Orang masih meragukan Robby yang tertulis di koran itu bukan Robin yang mereka kenal selama ini. Dan kenyataan ini melukai jiwa kampung yang selama ini tak tercatat sebagai penabur bibit kriminalitas berkedok sadisme.
Perubahan sikap ini membuat syok banyak kerabat, teman dekat, guru sekolahnya dulu, termasuk gadis-gadis yang terlanjur kesengsem dengan kegantengannya selama ini. Di antara pemuda sebayanya, dialah nominasi pertama calon mempelai pujaan yang ingin diunggah-unggahi seperti dalam cerita lokal Andhe-andhe Lumut. Itu setaraf dengan arjuna kan?
Seperti halnya tokoh Robinhood yang ganteng dari hutan Sherwood, ia dikenal warga sebagai pemuda bertemperamen sosial tinggi. Keprihatinan kampung dalam menghadapi gejolak krisis dihadapinya dengan aliran dana segar yang memberi harapan keluar dari kemelut. Keluarganya termasuk keluarga berkecukupan. Saudara-saudaranya tak ada yang menganggur walau tidak semua bekerja di kantor atau perusahaan. Mereka ini membuka wira usaha sendiri, bahkan merekrut teman sekampung untuk terlibat aktif memperbaiki kesejahteraan hidup ala kampung yang penuh kesibukan. Keuletan kerja mereka tak perlu diragukan, modal dasar mereka sekolahan yang cukup disegani. Apalagi modal dana keuntungan yang berhasil mereka himpun, cukup untuk membiayai sekolah gratis yang dicanangkan oleh beberapa kepala pemerintahan daerah tertentu.
Tapi ia bernama Robby yang kalau dilacak dari surat keterangan lahir tercantum hari Rabu Legi, tanggal 31 Desember, tepat di penghujung tahun. Waktu masuk SD, namanya ditulis Robin Arbani. Di STTB tertulis Robi Rabanni. Ia tidak protes, tidak ada gunanya mengganti lembar dokumen penting itu karena berarti biaya tambahan untuk ongkos pembuatan yang baru. Ia mengatakan, "Biarlah tetap tertulis begitu, sebab bukan kesalahan yang perlu dibesar-besarkan untuk ukuran kampung. Bisa sekolah sampai tamat saja sudah sebuah prestasi di sini."
Entah kapan mulainya, tahu-tahu berita koran lokal menulis besar-besar bahwa ROBBY SANG PENJAGAL BOS MINYAK DITANGKAP POLISI. Gemparlah warga kampung demi mendengar salah satu pemudanya dinyatakan tersangka pembunuh berdarah dingin. Orang masih bertanya dari mana ilmu membunuh seperti cerita wartawan itu. Orang masih meragukan Robby yang tertulis di koran itu bukan Robin yang mereka kenal selama ini. Dan kenyataan ini melukai jiwa kampung yang selama ini tak tercatat sebagai penabur bibit kriminalitas berkedok sadisme.
Perubahan sikap ini membuat syok banyak kerabat, teman dekat, guru sekolahnya dulu, termasuk gadis-gadis yang terlanjur kesengsem dengan kegantengannya selama ini. Di antara pemuda sebayanya, dialah nominasi pertama calon mempelai pujaan yang ingin diunggah-unggahi seperti dalam cerita lokal Andhe-andhe Lumut. Itu setaraf dengan arjuna kan?
Komentar
Posting Komentar