Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2009

LADANG GANJEN DAN NYEYES

Pertama kali menginjakkan kaki di kota pempek, Palembang, tahun 1992 (walaupun sebelumnya lewat aja karena terus kerja ke Pulau Bangka) saya cari info di media lokal bernama Sripo alias Sriwijaya Post, grup koran kelompok Kompas Gramedia. Pada salah satu rubrik khasnya tertera gaya karikatur yang menampilkan tokoh keluarga ayam(chicken) berbadan telanjang dan kepala plontos. Itulah awal perkenalan saya pada 'Ayam Nyenyes dan kosa kata Ganjen'. Dua kata produk Sumsel ini kemudian berbaur dengan kehidupan saya sehari-hari ketika bertemu dengan orang-orang di kota ini. Beberapa kali juga saya sempatkan berkeliling ke lorong-lorong kampung dengan naik sepeda onthel sambil berolahraga sore atau saat waktu senggang saja. Hasilnya luar biasa. Ada gayung bersambut, ada dulmuluk, ada dulsawan, ada telok abang, ada perahu ketek, ada pempek lenjer sampai pempek kapal selam, ada bujang gadis, ada perahu bidar, ada tari tanggai, ada makam bagus kuning, kawah tengkurep, bukit siguntang, kamb

MENDEKATI AKHIR BULAN

Masa kanak-kanak tidak kita sadari kalau ekonomi keluarga itu pasang surut dalam pengelolaan anggaran. Orang-orang dewasa yang sudah bekerja baik tetap maupun tidak tetap akan mendapat upah yang harus dibagi-bagi untuk anggota keluarganya sampai pemerolehan dana tetap berikutnya. Beruntunglah kalau di sana-sini ada tambahan penghasilan yang bisa dipertanggungjawabkan asal-usulnya. Almarhum ayahku, dulu seorang PNS golongan IId sampai beliau meninggal, dan pensiun sebelum meninggal untuk beberapa tahun terakhir. Sampai sekarang uang pensiun diterima oleh ibuku untuk bertahan hidup di kota kelahiran Jogyakarta. Dengan delapan anak, orang tuaku mencoba bertanggung jawab penuh terhadap pertumbuhan fisik dan perkembangan intelektual, bahkan spiritualitas keluarga. Tak peduli timingnya tepat atau tidak, anak-anak selalu meminta terpenuhinya kebutuhan sesaat yang mendesak untuk dikabulkan saat itu juga. Belum terpikir bahwa kantong orang tua bisa kempes bahkan kosong melompong, padahal hidup

TRANSAKSI PANTAI-PANTAI

Betapa ganasnya laut lepas, menggulung ombak-ombak, membentur karang, juga pasir menikung landai di antara hempasan buih berisik sampai mengering dibakar matahari. Pantai laut selatan Jawa dikenal masyarakat menyimpan tenaga misteri kerajaan bawah air. Teori ilmu kelautan tidak dapat menyelami kedalaman makna laut ini. Petani nelayan yang berjiwa laut punya ritual khusus untuk memulai dan mengakhiri kerja kesehariaannya. Di situlah kiranya harapan untuk tetap hidup bagi mereka adalah mengabdi pada laut. Kekayaan laut yang membentang perlu dikelola dengan arif, tapi siapa manajer kelautan? Apakah dia berjiawa pelaut seperti gambaran nenek moyang dahulu? Daratan ternyata hanya sebagian dari hamparan lautan yang mengelilingi. Pada suhu minus, air laut membeku di kutub utara dan selatan, yang katanya semakin mencair dalam pemanasan global abad ini. Ancaman bahwa daratan pantai akan cepat tenggelam, pulau-pulau kecil akan terendam, menimbulkan alarm gelombang tsunami mengerikan yang sewaktu