Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

POLITIK: POLI YANG ITIK-ITIK

Pol suguhan tayangan televisi di rumah-rumah yang suka mengisi hari-harinya di rumah rakyat. Ada rakyat yang sungguh-sungguh rakyat yang punya rumah, namun ada pula rakyat yang belum sungguh-sunguh tidak punya rumah kecuali alas tidur dan ruang hidup sederhana. Jadi rakyat ada yang sudah menikmati kemerdekaan tetapi ada juga yang belum merasakan kemerdekaan dalam situasi yang real. Itik adalah salah satu jenis hewan berkaki dua, bersayap, berleher jenjang, dan suka berbaris rapi. Kwek-kwek menjadi ciri khas paduan suaranya saat gembira, sedih, mengigau, bermimpi, terancam, tapi juga berakting. Karena keahliannya itu, ia tampil dalam film-film kartun yang melegenda di televisi. PolItik menjadi sajian media dan menu pembuka diskusi di warung-warung, ruang kerja, pasar modal, pasar tradisional, atriumn mall, rumah sakit, dan tempat-tempat umum lainnya. Tidak terbatas persoalan dalam negeri, tetapi juga persoalan luar negeri. Tentu saja rakyat yang melek PolItik lebih tahu strategi con

MENYENANGKAN - MENYEDIHKAN atau MEMBAHAGIAKAN - MEMBAHAYAKAN

Suka dan duka memang berpasangan sebagai kata berlawanan makna. Dalam hidup manusia sehari-hari perubahan itu begitu terasa bedanya. Suka ada perasaan senang dengan berbagai alasan, duka ada perasaan sedih dengan alasannya sendiri. Ketika suka itu berulang dalam waktu sesaat atau relatif lama, rasa senang itu menjadi menyenangkan hati pemiliknya. Wajah yang bersinar, mata yang berbinar, laku hidup yang menyenangkan dialami untuk sendiri maupun bersama yang lain. Namun, ketika duka itu menghampiri baik sesaat apalagi lama, terasa ada yang tiba-tiba mengganggu kenyamanan, ada yang mengusik daya-daya manusia kita dalam menjalani hidup keseharian. Rasa sedih,  kecewa, gagal, terusik, dan rasa-rasa kegalauan tak diharapkan. Efeknya sangat luas. Sakit tanpa sebab yang jelas. jengkel dan marah-marah pada situasi yang dihadapi. Kehilangan selera, gairah makan dan beraktivitas lainnya. Harapan manusia hidup yang membahagiakan bisa bergeser ke bentuk tragedi yang menyeret energi-energi posit

CERITA PEWAYANGAN

Salah satu cerita klasik yang masih dipelihara dan dikaji terus-menerus dalam praksis hidup masyarakat adalah epos Ramayana dan Mahabarata. Sejak kemunculannya dipercaya dan diakui prototipe-nya berasal dari India, kemudian menyebar dalam berbagai versi ke segenap lapisan masyarakat pemerhati dan penikmatnya. Ciri-ciri keklasikan cerita itu dapat dilacak dari beberapa sifat berikut: 1) Berkembang pada tradisi lisan - turun-temurun dari generasi pendahulu ke generasi penerusnya dengan bumbu penyedap rasa yang diinginkannya. 2) Menjadi milik masyarakat bersama (komunal) yang mengagumi dan menghayati hidup sebagai sebuah perjalanan batin (ziarah). 3) Istana sentris sebagai penanda kisahan yang bertingkat-tingkat dari lapisan masyarakat awam biasa hingga lapisan masyarakat kahyangan tempat para dewa pemegang kebijakan dan pengatur ritme alam kehidupan dalam keteraturan pola cerita pakemnya. 4) Bahasa yang terpelihara baik yang klise kelas bahasa kuno yang bernuansa bahaeulah, bahasa peny