Sampai hari ini, Minggu, 21 Februari 2010, pukul 22.14, saya masih menulis di blog yang saya anggap jujur ini. Banyak orang dengan latar bervariasi telah, sedang, dan akan terus menulis menghiasi dunia cyber sejak dikembangkan sebagai media komunikasi global dan gratis lagi.
Pertanyaan yang muncul di kepala saya saat ini adalah: "Sudah berapa banyak jiwa jika disensus data penduduk dunia manusia yang telah menulis, menggambar, menyebar virus, memanfaatkan, bahkan mengembangkan tanpa henti demi kemajuan teknologi informasi ini?"
Saya tak hendak menjawab sendiri, karena tak cukup mampu untuk mengumpulkan data. Saya sadar akan keterbatasan pemahaman sistem apalagi mekanisme prosedural yang berlisensi 'master' pun akan berbenturan dengan regulasi layanan jaringan. Jadi, saya akan menjelajahi ruang yang mampu saya kenali pola frekuensi kemunculannya, sepanjang ada dukungan waktu jelajah 'murah meriah' ini.
Orang-orang yang memiliki akses dengan dukungan finansial cukup tentu dengan mudah menambah kecanggihan, kecepatan, kemudahan akses legal, teregistrasi, dan selalu diupdate. Namun, orang-orang seperti saya tak akan sanggup membiayai sendiri ketersediaan akses tanpa subsidi donasi dari berbagai pihak yang sangat diharapkan dapat berlangsung lama.
Alih generasi telah menghasilkan produk terbaru yang akan dinikmati oleh komunitas turun-temurun secara estafet, dengan atau tanpa melalui pendidikan formal tentang teknologi informasi ini. Sikap dasar manusia adalah rasa ingin tahu yang besar akan pengetahuan yang baru dengan cara trial and error sepanjang peradaban.
Sistem bahasa para pengguna akan menemukan gaya sendiri yang membedakan pola terdahulu yang dianggap klise, kurang kreatif, dan membatasi kebebasan ekspresi. Di sinilah akar persoalannya sebenarnya. Kebebasan ekspresi individual sering tak pandang orang yang enderung arbitrer, seperti pendapat alm. Gorys Keraf dalam Komposisi, sebuah pengantar ke arah kemahiran bahasa. Rambu-rambu etis dibuat atas dasar konvensi yang bisa diterima, sisanya hak patent pencetus gagasan original.
Berapa kapasitas maksimum yang mampu ditampung oleh pancaran partikel bahasa cyber bila tanpa energi cahaya? Jangan lupa, saudara kita yang tak mapu menggunakan mata masih mampu menggunakan gerak raba dan rasa yang kadang lebih sensitif dan peka terhadap alih kode biasa yang disebut sitem tanda(sign).
Pertanyaan yang muncul di kepala saya saat ini adalah: "Sudah berapa banyak jiwa jika disensus data penduduk dunia manusia yang telah menulis, menggambar, menyebar virus, memanfaatkan, bahkan mengembangkan tanpa henti demi kemajuan teknologi informasi ini?"
Saya tak hendak menjawab sendiri, karena tak cukup mampu untuk mengumpulkan data. Saya sadar akan keterbatasan pemahaman sistem apalagi mekanisme prosedural yang berlisensi 'master' pun akan berbenturan dengan regulasi layanan jaringan. Jadi, saya akan menjelajahi ruang yang mampu saya kenali pola frekuensi kemunculannya, sepanjang ada dukungan waktu jelajah 'murah meriah' ini.
Orang-orang yang memiliki akses dengan dukungan finansial cukup tentu dengan mudah menambah kecanggihan, kecepatan, kemudahan akses legal, teregistrasi, dan selalu diupdate. Namun, orang-orang seperti saya tak akan sanggup membiayai sendiri ketersediaan akses tanpa subsidi donasi dari berbagai pihak yang sangat diharapkan dapat berlangsung lama.
Alih generasi telah menghasilkan produk terbaru yang akan dinikmati oleh komunitas turun-temurun secara estafet, dengan atau tanpa melalui pendidikan formal tentang teknologi informasi ini. Sikap dasar manusia adalah rasa ingin tahu yang besar akan pengetahuan yang baru dengan cara trial and error sepanjang peradaban.
Sistem bahasa para pengguna akan menemukan gaya sendiri yang membedakan pola terdahulu yang dianggap klise, kurang kreatif, dan membatasi kebebasan ekspresi. Di sinilah akar persoalannya sebenarnya. Kebebasan ekspresi individual sering tak pandang orang yang enderung arbitrer, seperti pendapat alm. Gorys Keraf dalam Komposisi, sebuah pengantar ke arah kemahiran bahasa. Rambu-rambu etis dibuat atas dasar konvensi yang bisa diterima, sisanya hak patent pencetus gagasan original.
Berapa kapasitas maksimum yang mampu ditampung oleh pancaran partikel bahasa cyber bila tanpa energi cahaya? Jangan lupa, saudara kita yang tak mapu menggunakan mata masih mampu menggunakan gerak raba dan rasa yang kadang lebih sensitif dan peka terhadap alih kode biasa yang disebut sitem tanda(sign).
Komentar
Posting Komentar