Banyak orang mengaku pintar, memiliki segudang ilmu kanuragan, manajemen ketrampilan linuwih; namun tidak membina olah rasa batin, etika, moral yang cerdas. Sebagian besar sistem hidupnya diperhitungkan oleh kebijakan untung rugi. pertambahan modal, tingkat kesejahteraan, investasi jangka panjang dengan risiko minimal, dan popularitas.
Banyak orang mengaku berkekurangan walaupun memiliki jabatan, rumah dengan halaman besar, penghasilan pokok dan seseran berjalan seimbang, keseharian hidupnya serba dilayani oleh orang lain sampai tak ada waktu untuk berbagi rizki dengan orang yang lebih menderita di sekitar pekarangannya.
Warisan atau pembudidayaan tata ruang hidup sering menggoda diri kita sendiri untuk berpaling pada mentalitas keserakahan berkelanjutan. Dalam kondisi memungkinkan, tanpa pandang bulu, orang berani secara terang-terangan mendemonstrasikan keberaniannya dengan kata-kata bahasa terseleksi di kerongkongan mengatakan dengan lantang: "Tak ada yang benar dan sempurna di matanya, kecuali kebenaran akan keyakinannya sendiri yang tak pernah dikritiknya."
Sejarah peradaban yang mereka pelajari di berbagai belahan bumi tak mampu menjembatani dalil kebebalan manusia akan kebhinekaan ciptaan yang tergelar di tanah subur atau gersang, siang atau malam, ramai atau sepi, sendiri atau bersama.
Banyak orang mengaku berkekurangan walaupun memiliki jabatan, rumah dengan halaman besar, penghasilan pokok dan seseran berjalan seimbang, keseharian hidupnya serba dilayani oleh orang lain sampai tak ada waktu untuk berbagi rizki dengan orang yang lebih menderita di sekitar pekarangannya.
Warisan atau pembudidayaan tata ruang hidup sering menggoda diri kita sendiri untuk berpaling pada mentalitas keserakahan berkelanjutan. Dalam kondisi memungkinkan, tanpa pandang bulu, orang berani secara terang-terangan mendemonstrasikan keberaniannya dengan kata-kata bahasa terseleksi di kerongkongan mengatakan dengan lantang: "Tak ada yang benar dan sempurna di matanya, kecuali kebenaran akan keyakinannya sendiri yang tak pernah dikritiknya."
Sejarah peradaban yang mereka pelajari di berbagai belahan bumi tak mampu menjembatani dalil kebebalan manusia akan kebhinekaan ciptaan yang tergelar di tanah subur atau gersang, siang atau malam, ramai atau sepi, sendiri atau bersama.
Komentar
Posting Komentar