Balutan lumpur di kaki masih terasa dingin pada subuh ini, karena orang-orang biasa bangun ketika fajar belum merekah. Dengan sedikit gumam dan desah nafas, kaki harus berjalan menelusuri pematang sawah di ujung desa. Beberapa lampu di tikungan jalan kampung masih menyala, sisanya disamarkan oleh pucuk daun bergoyang memburu angin.
Alas kaki tak lagi dibutuhkan karena menapak ke permukaan tanah gembur lebih nikmat terasa di pori-pori, apalagi kalau semut menjepitkan moncongnya dengan kesal pada salah satu bagian kulit paling ideal untuk digigit. Ujung-ujung daun rumput tajam kadang menggores dengan santai ke mana ia mau. Dan ketika sapuan air mengenai luka, seperti sepasukan semut ganas menggigit bersamaan pada tempat gigitan yang sama.
Tapi tanah tetap digali, tanah tetap dicangkul. Hanya dengan begitu, lahan siap untuk proses pengolahan masa tanam selanjtunya. Begitulah keseharian para pekerja alam pertanian berkumandang tak henti, tak jemu, dan kembali esok hari pada jam dan tempat yang sama. Satu-satunya harapan adalah pada suatu saat kehidupan mereka berubah lebih baik dari sekaang.
Mereka telah memulai, memberikan ontoh nyata bahwa bersahabat dengan tanah air keseharian kerja akam menuai hasil untuk kelangsungan hidup selanjutnya. Bumi Manusia bukan sekedar imajinasi Pramoedya si Ananta Toer, melainkan tanah air warisan yang harus diperjuangkan kemerdekaannya terus-menerus dari generasi ke generasi.
Alas kaki tak lagi dibutuhkan karena menapak ke permukaan tanah gembur lebih nikmat terasa di pori-pori, apalagi kalau semut menjepitkan moncongnya dengan kesal pada salah satu bagian kulit paling ideal untuk digigit. Ujung-ujung daun rumput tajam kadang menggores dengan santai ke mana ia mau. Dan ketika sapuan air mengenai luka, seperti sepasukan semut ganas menggigit bersamaan pada tempat gigitan yang sama.
Tapi tanah tetap digali, tanah tetap dicangkul. Hanya dengan begitu, lahan siap untuk proses pengolahan masa tanam selanjtunya. Begitulah keseharian para pekerja alam pertanian berkumandang tak henti, tak jemu, dan kembali esok hari pada jam dan tempat yang sama. Satu-satunya harapan adalah pada suatu saat kehidupan mereka berubah lebih baik dari sekaang.
Mereka telah memulai, memberikan ontoh nyata bahwa bersahabat dengan tanah air keseharian kerja akam menuai hasil untuk kelangsungan hidup selanjutnya. Bumi Manusia bukan sekedar imajinasi Pramoedya si Ananta Toer, melainkan tanah air warisan yang harus diperjuangkan kemerdekaannya terus-menerus dari generasi ke generasi.
Komentar
Posting Komentar