Raja tua mangkat, digantikan oleh raja muda pewaris tahta dari permaisuri. Suksesi memang harus terjadi seiring regenerasi. Pada saat raja tua menjelang ajal, banyak rerasan di antara yang datang pisowanan tentang siapa dan bagaimana menghadapi situasi zaman ke depan. Kelompok sepuh suka bernostalgia tentang keterlibatannya pada masa jaya, sedangkan kelompok muda bicara teknologi persenjataan untuk perdamaian. Bahan bakar minyak telah dikonversikan menjadi bahan bakar gas. (Di tingkat rakyat perubahan itu membawa petaka ledakan dan kelangkaan stok di tingkat agen). Tungku batu harus diganti dengan kompor, selang dan regulator. Rakyat tidak diajari faktor safetynya. Biar berlaku strategi trial and error aja, kata pengusaha gas. Minyak kemana? diekspor untuk devisa, milik BUMN untuk diperdagangkan dan bukan dikonsumsi secara murah.
Lokasi kerajaan selalu berada pada pusat atau sentra aktivitas yang dikelilingi benteng penjagaan sekaligus sebagai badan sensor terhadap ancaman luar. Tempat-tempat berkumpul seperti pasar, warung makan, alun-alun selalu ramai dikunjungi orang. Pada saat seperti itu banyak obrolan sana-sini berkembang dari mulut ke mulut. Orang yang punya mulut besar banyak mendominasi pembicaraan. Orang yang tak suka bicara menjadi pendengar setia yang measang kuping ala intelijen, bahkan disebut ahli kebatinan karena semua unek-uneknya serba dibatin saja. Mereka ini orang-orang yang setia menyimpan segala yang didengar di dalam hatinya yang sederhana. Yang mereka pikirkan hanyalah kebutuhan pokok sehari-hari: papan, sandang, dan pangan. Asal ketiga kebutuhan terpenuhi yang lain silakan lewat seperti iklan di televisi.
Gladi kaprajuritan dilakukan dalam waktu-waktu terjadwal untuk melatih kewaspadaan, olah kanuragan, olah kebatinan/rohani. Mental digembleng dalam keheningan semesta. Itu sebanya pendiri kerajaan menamai kerajaan itu Kerajaan Samadi.
Lokasi kerajaan selalu berada pada pusat atau sentra aktivitas yang dikelilingi benteng penjagaan sekaligus sebagai badan sensor terhadap ancaman luar. Tempat-tempat berkumpul seperti pasar, warung makan, alun-alun selalu ramai dikunjungi orang. Pada saat seperti itu banyak obrolan sana-sini berkembang dari mulut ke mulut. Orang yang punya mulut besar banyak mendominasi pembicaraan. Orang yang tak suka bicara menjadi pendengar setia yang measang kuping ala intelijen, bahkan disebut ahli kebatinan karena semua unek-uneknya serba dibatin saja. Mereka ini orang-orang yang setia menyimpan segala yang didengar di dalam hatinya yang sederhana. Yang mereka pikirkan hanyalah kebutuhan pokok sehari-hari: papan, sandang, dan pangan. Asal ketiga kebutuhan terpenuhi yang lain silakan lewat seperti iklan di televisi.
Gladi kaprajuritan dilakukan dalam waktu-waktu terjadwal untuk melatih kewaspadaan, olah kanuragan, olah kebatinan/rohani. Mental digembleng dalam keheningan semesta. Itu sebanya pendiri kerajaan menamai kerajaan itu Kerajaan Samadi.
Komentar
Posting Komentar