Amarah yang bertingkat-tingkat, dendam yang menumpuk seperti api dalam sekam. Secara lahir kadang tidak menunjukkan gelagat patut dicurigai. Semua berjalan seperti biasa, mengalir, lancar, tanpa gesekan.
Lalu tiba-tiba gelombang pasang tsunami menggelegak di jalan-jalan, hujan batu, desing parang, pentungan dan ceceran darah manusia tak terbendung lagi. Begitu sering terjadi, begitu mudah tersulut, hanya persoalan yang semestinya dapat diselesaikan tanpa kerusakan dan kerugian lebih besar.
Energi terbesar manusia untuk merekonstruksi peradaban menjadi mosaik relief yang berkualitas yang bisa diwariskan kepada generasi penonton dan generasi penyambung garis keturunan seyogyanya ditunukkan gambar hidup yang enak dinikmati sambil makan dan minum di teras rumah, di halaman sekolah, dan di sepanjang panggung kehidupan.
Energi destruktif tak pernah berbuah menyenangkan untuk segala generasi. Hanya memumpuk puing-puing dan fosil nestapa yang bila diceritakan kembali dalam gambar memori realistik akan membentuk ujud raksasa berwajah sangar dan haus darah orang lain. Tumbal dan persembahan darah akan bergelimpangan di pusara negeri.
Di mana keluhuran tradisi masih diwarisi secara halus, tepa slira, tenggang rasa, dan hidup berdampingan secarai damai.
Saudara kita di Bali, menjadikan tawur sebagai ritual suci mencapai keharmonisan manusia, alam dan sang hyang widhi. Mereka menolak tawuran sebagai angkara. Bhinneka Tunggal Ika masih terpanjang di kaki garudaku. Kebhinekaan adalah suatu kenyataan hidup yang tak bisa dihindari, dan perbedaan itu bukan suatu pemicu untuk berlangsungnya tawuran massal.
Aparat keamanan tak kan sanggup meredam gejolak akuut yang tak mau berdamai dengan diri sediri, apalagi dengan orang lain.
Setiap putaran masa kalender berakhir, dan menantikan awal putaran masa berikutnya adalah sebuah ruang kesadaran untuk mawas diri sebagai manusia: individu atau pun sosial.
Lalu tiba-tiba gelombang pasang tsunami menggelegak di jalan-jalan, hujan batu, desing parang, pentungan dan ceceran darah manusia tak terbendung lagi. Begitu sering terjadi, begitu mudah tersulut, hanya persoalan yang semestinya dapat diselesaikan tanpa kerusakan dan kerugian lebih besar.
Energi terbesar manusia untuk merekonstruksi peradaban menjadi mosaik relief yang berkualitas yang bisa diwariskan kepada generasi penonton dan generasi penyambung garis keturunan seyogyanya ditunukkan gambar hidup yang enak dinikmati sambil makan dan minum di teras rumah, di halaman sekolah, dan di sepanjang panggung kehidupan.
Energi destruktif tak pernah berbuah menyenangkan untuk segala generasi. Hanya memumpuk puing-puing dan fosil nestapa yang bila diceritakan kembali dalam gambar memori realistik akan membentuk ujud raksasa berwajah sangar dan haus darah orang lain. Tumbal dan persembahan darah akan bergelimpangan di pusara negeri.
Di mana keluhuran tradisi masih diwarisi secara halus, tepa slira, tenggang rasa, dan hidup berdampingan secarai damai.
Saudara kita di Bali, menjadikan tawur sebagai ritual suci mencapai keharmonisan manusia, alam dan sang hyang widhi. Mereka menolak tawuran sebagai angkara. Bhinneka Tunggal Ika masih terpanjang di kaki garudaku. Kebhinekaan adalah suatu kenyataan hidup yang tak bisa dihindari, dan perbedaan itu bukan suatu pemicu untuk berlangsungnya tawuran massal.
Aparat keamanan tak kan sanggup meredam gejolak akuut yang tak mau berdamai dengan diri sediri, apalagi dengan orang lain.
Setiap putaran masa kalender berakhir, dan menantikan awal putaran masa berikutnya adalah sebuah ruang kesadaran untuk mawas diri sebagai manusia: individu atau pun sosial.
Komentar
Posting Komentar